Strategi pendampingan industri kreatif menengah kerajiinan baduy berbasis local wisdom: tinjauan model triple helix
DOI:
https://doi.org/10.61511/jscsr.v1i1.2023.164Keywords:
industri kreatif, SWOT analysis, triple helix ABGAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ekonomi kreatif Provinsi Banten tepatnya di Suku Baduy yang berbasis kearifan lokal di sektor industri kreatif dalam meningkatkan citra dan identitas bangsa. Industri kreatif mampu berkontribusi secara signifikan terhadap PDB di Provinsi Banten, akan tetapi industri kreatif belum mencerminkan produk kreatif yang sesungguhnya. Maka diperlukan pengembangan melalui strategi pendekatan triple helix yang mengkolaborasikan peran Academics, Business, and Government (ABG) dalam mengembangkan kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode wawancara, observasi dan studi literatur dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerajinan Suku Baduy memiliki potensi yang besar dalam pengembangan industri kreatif, dinamika sosial yang tinggi menghasilkan tenaga kerja yang inovatif dan kreatif sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Permasalahan yang dihadapi oleh industri kreatif Suku Baduy dapat diatasi dengan program pendampingan usaha melalui pendekatan triple helix dalam mendukung daya saing di industri kreatif di Provinsi Banten.
References
Ariefana, Febriansyah. (2016). Lebak Mimpi UKM Baduy Tembus Pasar Dunia. https://www.suara.com/news/2016/09/03/023100/lebak-mimpi-ukm-baduy-tembus-pasar-dunia
Arnel, E., & Setyani, A. Y. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016. Prosiding Ekonomi Kreatif Di Era Digital 1(1): 87–103. http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/PEKED/article/view/1283
Artiningsih, Setiadi, R., & Mayangsari, D. (2010). Analisis Potensi Sosial Ekonomi dan Bu-daya Masyarakat di Wilayah Kota Semarang dalam Pengembangan Industri Kreatif.. Riptek, 4(2), 11–19.
Bank Dunia. (2001). Ekonomi Kreatif. https://www.worldbank.org/in/country/indonesia/overview
Beaver, G., & Hutchings, K. (2005). Training and developing an age diverse workforce in SMEs: The need for a strategic approach. Education and Training, 47(8–9), 592–604. https://doi.org/10.1108/00400910510633134
BPS & Badan Ekonomi Kreatif Provinsi Banten. (2017). Badan Pusat Statistik dan Badan Ekonomi Kreatif.
BPS Provinsi Banten. (2017a). Badan Pusat Statistik.
BPS Provinsi Banten. (2017b). Impor,Ekspor.
Brink, T., & Madsen, S. O. (2016). The triple helix frame for small- and medium-sized en-terprises for innovation and development of offshore wind energy. Triple Helix, 3(1). https://doi.org/10.1186/s40604-016-0035-8
Djoewisno, M. (1987). Potret kehidupan masyarakat Baduy. Cipta Pratama.
Etzkowitz, H. (2008). The Triple Helix (1st ed.). Routledge. https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9780203929605
Etzkowitz, H., & Leydesdorff, L. (1995). a Laboratory for Knowledge Based Economic De-velopment. EASST Review, 14(1), 14–19.
Etzkowitz, H., & Leydesdorff, L. (2000). The dynamics of innovation: From National Sys-tems and “mode 2” to a Triple Helix of university-industry-government relations. Research Policy, 29(2), 109–123. https://doi.org/10.1016/S0048-7333(99)00055-4
Florida, R. (2002). The Rise of the Creative Class and How It’s Transforming Work, Leisure, Community and Everyday Life. Basic Book.
Fukuyama. (2002). Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Qalam.
Iskandar, D. (2013). Korelasi Model Inovasi Triple Helix dengan Kinerja Dosen Perguruan Tinggi. Seminar Nasional Teknologi Terapan 1(1): 18-25. https://adoc.pub/korelasi-model-inovasi-triple-helix-dengan-kinerja-dosen-per.html
Kementrian Perdagangan. (2008). Kementrian Perdagangan. https://www.kemendag.go.id/
Khouroh, U. K., Windhyastiti, I., & Handayani, K. (2019). Peran Kebijakan Pemerintah da-lam Memperkuat Aliansi Strategis dan Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Kreatif. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 7(2), 205–224. https://doi.org/10.26905/jmdk.v7i2.3830
Khouroh, U., Sri Ratnaningsih, C., & Rahayudi, B. (2021). Inovasi dan Daya Saing UMKM di Era New Normal: dari Triple Helix Model ke Quadruple Helix Model. Jurnal Mana-jemen Dan Kewirausahaan, 9(2), 152–162. https://doi.org/10.26905/jmdk.v9i2.6718
Maharani, Esti. (2016). Dipasarkan Secara Online, Produk Baduy Laku Keras. https://ekonomi.republika.co.id/berita/oepujb335/dipasarkan-secara-online-produk-baduy-laku-keras
Mulyana, M. (2014). Peningkatan Kapabilitas Inovasi, Keunggulan Bersaing dan Kinerja melalui Pendekatan Quadruple Helix: Studi Pada Industri Kreatif Sektor Fashion. Jurnal Manajemen Teknologi, 13(3), 304–321. https://doi.org/10.12695/jmt.2014.13.3.5
Murniati, AR & Nasir, Usman. (2009). Implementasi manajemen stratejik dalam pem-berdayaan sekolah menengah kejuruan. Perdana Publishing. in-fo:5xLunuXiOhsJ:scholar.google.com
Pangestu, Mari Elka. (2008). Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia (2009-2015).
Permana, C. E. (2006). Tata Ruang Masyarakat Baduy. Wedatama Widya Sastra.
Prihantoro. (2006). Kehidupan Berkelanjutan Masyarakat Baduy. Asia Good ESP Practice Project.
Pugh, R. (2014). The good, the bad and the ugly: Triple helix policies and programmes in Wales. Triple Helix Association Annual Conference.
Rahyono, F. X. (2009). Kearifan Budaya Dalam Kata. Wedatama Widya Sastra.
Simatupang, T. M. (2018). Perkembangan Industri Kreatif, Institut Teknologi Bandung. http://www.academia.edu/2876337/Industri_Kreatif_Jawa_Barat
Swastha, B., & Irawan. (2005). Asas-Asas Marketing. Liberty.
Syarbini, A. (2015). Kearifan Lokal Suku Baduy. Refleksi, 14(No, 1), 55–74. https://drive.google.com/file/d/1rOz-dT9AC4nHsez8OReokc-re4B19bXH/view
Ueasangkomsate, P., & Jangkot, A. (2019). Enhancing the innovation of small and medium enterprises in food manufacturing through Triple Helix Agents. Kasetsart Journal of Social Sciences, 40(2), 380–388. https://doi.org/10.1016/j.kjss.2017.12.007