Mutuality of being in the batak toba community: exploring the maingain tradition in the modern era

Authors

  • Aldi Pahal Rizky Sihaloho Universitas Indonesia, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.61511/jek.v1i1.2023.34

Keywords:

ethnic, identity, mangain tradition, mutuality of being

Abstract

This paper explains mutuality of being that is seen through the tradition of mangain (adopts a child) in Batak Toba society which has progressed over time. This tradition is familiar for the Batak Toba people who want to do mixed marriage with non-Batak ethnic groups. In the reality, the whole function of mangain is rooted on ‘child adoption’. This tradition directs people who receive a Batak Toba clan—I called it the “Orang Batak baru”—, not only Batak Toba people, to a Dalihan Na Tolu life which is mutually dependent on each other. On the other hand, mangain does not encourage them forget their parents who gave birth to, and nurturanced for, them. Mangain has become an example of a tradition that can strengthen the unity of Indonesia, a plural country, because kinship in here is not only seen from procreation. Diversity has been seen as a source of conflict of interest between groups in Indonesia. The final result of this article showed that mangain tradition accommodates the Batak Toba people love non-Batak people, and vice versa, which can be seen from the implications of the mutuality of being in it. Archival data, writing of academics from various fields up to other forms of writing, became the basis of this research. Interviews of informants who have been directly involved in the mangain process, even wrote it in a book, then completed this paper.

References

Arifin, H., dan Helentina T. (2015). Komunikasi antarbudaya dalam Mangain Marga (Studi Kasus tentang Proses Komunikasi antarbudaya dalam Praktek Mangain Marga pada Pernikahan Campuran Suku Batak dan Jawa di Soloraya. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Bahri, S., dan Kardiyan, K. (2015). Setengah Abad Amalgamasi antara Etnis Jawa dengan Etnis Tempatan di Desa Siabu Kecamatan Salo Kabupaten Kampar. Pekanbaru: Universitas Riau.

Banjarnahor, S., Besty Habeahan, dan August Silaen. (2020). Pembagian Harta Warisan terhadap Anak Angkat Menurut Hukum Adat Batak Toba di Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan. Sumatera Utara: Universitas HKBP Nommensen.

Bruner, E. M. (1961). Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra. New Jersey: Wiley.

Bruner, E. M. (1972). Batak Ethnic Associations in Three Indonesian Cities. Chicago: The University of Chicago Press.

Bunari, Isjoni, dan R. A. Siregar. (2017). Peranan Persatuan Batak Toba dalam Mewariskan Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba di Sebanga Duri. Pekanbaru: Universitas Riau.

Elfemi, N., Sarbaitinil, dan Agnes Herlina Sinaga. (2021). Makna Tradisi Mangain Sebelum Acara Pernikahan pada Masyarakat Batak Toba di Batusangkar Kabupaten Tanah Datar. Sumatera Barat: STKIP PGRI.

Fanselow, Frank. (2015). Indigenous and Anthropological Theories of Ethnic Conflict in Kalimantan. Jepang: Institute for Research in Humanities Kyoto University.

Fini, N. (2018). Pernikahan Campuran (Amalgamasi) Etnis Jawa dan Minangkabau (Studi Kasus Gobatak. Jorong Sungai Duo Nagari Luak Kapau Alam Pau Duo Kabupaten Solok Selatan). Padang: Universitas Andalas.

Mangain, Mengangkat Anak dalam Adat Batak Toba. Diakses pada 17 Maret 2022 dari http://www.gobatak.com

Hammersley, M., dan Atkinson, P. (2007). Ethnography: Principles in Practice (Third Edition). United Kingdom:

Henani, Y. M., Yunisca Nurmalisa, dan Berchah Pitoewas. (2016). Persepsi Masyarakat Batak Toba tentang Pernikahan Mangain (Mengangkat) Marga. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hutabalian, E. R. (2014). Makna Pemberian Marga dalam Adat Batak Toba (Studi Kasus kepada Perantau Batak Toba di Surabaya). Surabaya: Universitas Airlangga.

Idris, Muhammad. (2020).

Ihromi, T. O. (2000).

KBBI. Mengenal Dana Otsus Papua. Diakses pada 11 Maret 2022 dari: https://money.kompas.com. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). [Online]. Tersedia di ..... kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses pada 5 Maret 2022.

Lévi-Strauss, C. (1969). The elementary structures of kinship (No. 340). Boston: Beacon Press.

Lindholm, Charles. (2007). Culture and Identity: The History, Theory, and Practice of Psychological Anthropology. Oxford: Oneworld Publications.

Lusiana, Sondang. (2011). Kedudukan Anak Angkat Perempuan dalam Sistem Pewarisan Adat Batak Toba yang Hidup di Perantauan (Studi di Kota Tangerang). Semarang: Universitas Diponegoro.

Melbourini, C. (2018). Dalihan Na Tolu: Konstruksi Tindakan Penerima Marga Batak pada Nilai Kekerabatan Masyarakat Batak. Malang: Universitas Brawijaya. UNIVERSITAS INDONESIA.

Nainggolan, A. A., Asriaty R. P., dan Jekmen Sinulingga. (2021). Sulang-sulang Pahompu Etnik Batak Toba Kajian Antropolinguistik. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Nurdin, Endang. (2018). Saling Bunuh, Saling Bakar sampai... ‘Sayang Kamu Semua’: Mantan Tentara Anak Islam dan Kristen di Ambon. Diakses pada 16 Maret 2022 dari: www.bbc.com

Pane, Tondi Hariara. (2020). Komunikasi Tradisi Mangain Marga dalam Pernikahan Batak Tapanuli Selatan di Pekanbaru. Pekanbaru: Universitas Riau.

Puspitawati, dan Sihombing, R. M. (2020). Perubahan Nilai Anak Laki-laki pada Etnik Batak Toba dalam Mangain (Mengangkat Anak) di Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat. Medan: Universitas Negeri Medan.

Radcliffe-Brown, A. R. (1940). On Social Structure. Britania Raya dan Irlandia: Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland.

Ritonga, Sakti. (2012). Orientasi Nilai Budaya dan Potensi Konflik Sosial Batak Toba Muslim dan Kristen di Sumatera Utara. Sumatera Utara: IAIN.

Rivers, W. H. R. (1914). Kinship and Social Organisation (Routledge Revivals). London: Constable & Co LTD.

Sahlins, Marshall. (2013). What Kinship Is – and Is Not. Chicago: The University of Chicago Press.

Sennett, R. (1969). Classic Essays on the Culture of Cities. New York: Appleton-Century-Crofts.

Sidauruk, R. M. B. (2020). Mangain sebagai Upaya Mempertahankan Identitas Sosial pada Masyarakat Batak Toba di Bogor. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Sihaloho, Daniel Pantun. (2014). Punguan Sihaloho Raja Dohot Boru Sejabodetabek. Ceger: Sekretariat Pusat Sihaloho Raja dan Boruna Sejabodetabek.

Silalahi, Parasdy. UNIVERSITAS INDONESIA. (2016). Panduan Perkawinan Adat Dalihan Natolu. Depok: Papas Sinar Sinanti.

Silaen, Nia Dahlia. (2021). Pelaksanaan Pengangkatan Anak untuk Melanjutkan Keturunan pada Masyarakat Batak Toba di Perantauan (Studi di Kecamatan Kelayang Kabupaten Indragiri Hulu). Pekanbaru: Universitas Islam Riau.

Sinaga, R., dkk. (2012). Menyederhanakan Pesta Perkawinan Adat Dalihan Na Tolu. Jakarta: Kerabat (Kerukunan Masyarakat Batak).

Sitanggang, M. P. (2019). Perkawinan dengan Pariban pada Suku Batak Toba di Kota Jambi. Pekanbaru: Universitas Riau.

Sitompul, R. H. P. (2007). Proses Mengangkat Anak Adat Dalihan Natolu (Mangain Boru/Anak). Jakarta: Kerabat (Kerukunan Masyarakat Batak).

Taylor & Francis e-Library. Hariandja, Satria Braja. (2019). Kedudukan Anak Angkat dalam Pembagian Warisan Menurut Hukum Adat Batak Toba. Medan: Universitas Islam Sumatera Utara.

Windi, Ditya. (2021). Mangain Marga (Pemberian Marga kepada Orang Non-Batak dalam

Perkawinan Adat Batak Toba di Kota Dumai). Medan: Universitas Sumatera

Utara.

Yusdiawati, Yayuk. (2018). Persepsi dan Motivasi dalam Perkawinan Endogami: Kajian tentang Manyunduti pada Adat Masyarakat Mandailing. Depok: Universitas Indonesia.

Zeitlyn, David. (2012). Anthropology in and of the Archives: Possible Futures and Contingent Pasts. Archives as Anthropological Surrogates. Diakses pada 9 Februari 2022 dari anthro.annualreviews.org.

Downloads

Published

2023-07-31

How to Cite

Sihaloho, A. P. R. (2023). Mutuality of being in the batak toba community: exploring the maingain tradition in the modern era. Journal of Earth Kingdom, 1(1). https://doi.org/10.61511/jek.v1i1.2023.34

Issue

Section

Articles

Citation Check