Manajemen pemeliharaan induk kepiting bakau (Scylla serrata) di ekowisata mangrove Wanasari, Tuban
DOI:
https://doi.org/10.61511/aes.v1i1.2023.61Keywords:
ekowisata mangrove, kepiting bakau, manajemenAbstract
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu hasil perikanan pantai yang banyak disenangi masyarakat karena rasa dagingnya yang enak, terutama daging kepiting yang sedang bertelur, serta kandungan proteinnya yang tinggi. Ekowisata Mangrove Wanasari, Tuban, Bali sebagai upaya dalam meningkatkan usaha dan kualitas pada ketersediaan kepiting bakau serta untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan Manajemen Pemeliharaan Induk Kepiting Bakau (Scylla serrata) beserta kendala-kendala yang dihadapi pada kegiatan pemeliharaan induk kepiting bakau. Bidang kerja yang diambil adalah pengamatan dan manajemen pengindukan kepiting bakau (Scylla serrata). Dalam pengamatan tersebut indukan kepiting belum dalam tahap fase kawin dikarenakan pada saat itu memasuki musim hujan yang dimana kepiting cenderung pada fase bertahan hidup. Dikatakan bahwa kepiting bakau (Scylla serrata) memasuki fase kawin pada musim kemarau, sehingga pada waktu PKL dilakukan manajemen pada kolam indukan dan indukan agar tidak mati.
References
Afrianto, E., dan Liviawaty, E. (1992). Pemeliharaan Kepiting. Kanisius, Jakarta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2015). Pertumbuhan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Tahun 2008-2014. http://statistik.kkp.go.id/. Diakses tanggal 07 bulan 01 tahun 2016.
Moosa, M. K. Aswandy dan A. Kasry. (1995). Kepiting Bakau dari Perairan Indonesia. Lembaga Oceanologi Nasional. Jakarta.
Motoh, H. (1977). Biological synopsis of Alimango, Genus Scylla. SEAFDEC Aquaculture Department. 136-153